tag:blogger.com,1999:blog-54682511997815487672024-02-19T23:12:06.360-08:00Gedung Sopo GodangGedung SopoGodanghttp://www.blogger.com/profile/01440715480555810148noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-5468251199781548767.post-53615761746880224372011-05-01T12:18:00.000-07:002011-05-01T12:18:56.553-07:00Suku Batak<div style="text-align: justify;"><a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/2d/Tokoh_Batak_2.jpg/250px-Tokoh_Batak_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tokoh Batak 2.jpg" border="0" height="200" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/2d/Tokoh_Batak_2.jpg/250px-Tokoh_Batak_2.jpg" width="250" /></a><b>Batak</b> merupakan salah satu <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa" title="Suku bangsa">suku bangsa</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a>. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tapanuli">Tapanuli</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Timur">Sumatera Timur</a>, di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara">Sumatera Utara</a>. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak_Toba" title="Batak Toba">Batak Toba</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak_Karo" title="Batak Karo">Batak Karo</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak_Pakpak" title="Batak Pakpak">Batak Pakpak</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Batak_Simalungun&action=edit&redlink=1" title="Batak Simalungun (halaman belum tersedia)">Batak Simalungun</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak_Angkola" title="Batak Angkola">Batak Angkola</a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak_Mandailing" title="Batak Mandailing">Batak Mandailing</a>.</div><div> </div><div style="text-align: justify;">Mayoritas orang Batak menganut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama">agama</a> <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kristen" title="Kristen">Kristen</a> dan sisanya beragama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>. Tetapi ada pula yang menganut agama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim" title="Parmalim">Malim</a> dan juga menganut kepercayaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Animisme">animisme</a> (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><h2 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Sejarah">Sejarah</span></h2><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Orang Batak termasuk ras <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mongoloid" title="Mongoloid">Mongoloid</a> Selatan yang berbahasa <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Austronesia" title="Austronesia">Austronesia</a> namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taiwan">Taiwan</a> telah berpindah ke wilayah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina">Filipina</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a> sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikum" title="Neolitikum">Neolitikum</a>). <sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak#cite_note-1"></a></sup>Karena hingga sekarang belum ada artefak <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikum" title="Neolitikum">Neolitikum</a> (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatra Utara di zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tamil">Tamil</a> asal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India">India</a> mendirikan kota dagang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barus,_Tapanuli_Tengah" title="Barus, Tapanuli Tengah">Barus</a>, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sriwijaya" title="Kerajaan Sriwijaya">Sriwijaya</a>. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera<sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak#cite_note-2"></a></sup>. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_Minangkabau">pedagang Minangkabau</a> yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sorkam,_Tapanuli_Tengah" title="Sorkam, Tapanuli Tengah">Sorkam</a>, hingga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Natal,_Mandailing_Natal" title="Natal, Mandailing Natal">Natal</a></div><div style="text-align: justify;"> </div><h2 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Identitas_Batak">Identitas Batak</span></h2><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=R.W_Liddle&action=edit&redlink=1" title="R.W Liddle (halaman belum tersedia)">R.W Liddle</a> mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar.<sup class="reference" id="cite_ref-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak#cite_note-4"></a></sup> Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial.<sup class="reference" id="cite_ref-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak#cite_note-5"></a></sup> Dalam disertasinya <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=J._Pardede&action=edit&redlink=1" title="J. Pardede (halaman belum tersedia)">J. Pardede</a> mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siti_Omas_Manurung&action=edit&redlink=1" title="Siti Omas Manurung (halaman belum tersedia)">Siti Omas Manurung</a>, seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karo">Karo</a> maupun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Simalungun">Simalungun</a> mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pusuk_Bukit&action=edit&redlink=1" title="Pusuk Bukit (halaman belum tersedia)">Pusuk Bukit</a>, salah satu puncak di barat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Toba">Danau Toba</a>, adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samosir">Samosir</a>.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=J.H_Neumann&action=edit&redlink=1" title="J.H Neumann (halaman belum tersedia)">J.H Neumann</a>, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu <i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Kembaren&action=edit&redlink=1" title="Pustaka Kembaren (halaman belum tersedia)">Pustaka Kembaren</a></i> dan <i><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Ginting&action=edit&redlink=1" title="Pustaka Ginting (halaman belum tersedia)">Pustaka Ginting</a></i>. Menurut <i>Pustaka Kembaren</i>, daerah asal marga Kembaren dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyung" title="Kerajaan Pagaruyung">Pagaruyung</a> di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Tamil">Bahasa Tamil</a>. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Gedung SopoGodanghttp://www.blogger.com/profile/01440715480555810148noreply@blogger.com0